Profil Desa Rantewringin

Ketahui informasi secara rinci Desa Rantewringin mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Rantewringin

Tentang Kami

Profil Desa Rantewringin, Kecamatan Buluspesantren, Kebumen. Mengupas tuntas potensi pertanian di dataran rendah, perkembangan ekonomi UMKM sabut kelapa, dinamika sosial masyarakat, serta tantangan dan arah pembangunan desa yang berada di tepi Sungai Luk

  • Sentra Agraris Strategis

    Desa Rantewringin merupakan wilayah agraris dengan lahan sawah irigasi teknis yang produktif, menjadikannya salah satu penopang ketahanan pangan di Kecamatan Buluspesantren.

  • Potensi Ekonomi Kreatif

    Desa ini memiliki sejarah sebagai pusat kerajinan berbasis sabut kelapa, seperti keset, yang menjadi potensi UMKM dan ekonomi kreatif yang perlu dikembangkan kembali.

  • Tantangan Geografis dan Resiliensi Masyarakat

    Berada di dataran rendah dan berbatasan langsung dengan Sungai Luk Ulo, desa ini menghadapi tantangan abrasi sungai namun menunjukkan resiliensi sosial yang kuat melalui gotong royong dan kepedulian komunitas.

Pasang Disini

Terletak di hamparan dataran rendah pesisir selatan Jawa Tengah, Desa Rantewringin hadir sebagai salah satu simpul penting di Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen. Desa ini menampilkan potret kehidupan masyarakat agraris yang dinamis, berpadu dengan potensi ekonomi kreatif yang terus beradaptasi dengan zaman. Dikenal dengan lahan pertaniannya yang subur dan riwayat kerajinan lokalnya, Rantewringin menjadi cerminan dari sebuah desa yang terus bergerak maju di tengah tantangan geografis dan tuntutan perkembangan ekonomi. Profil ini mengupas secara mendalam berbagai aspek yang membentuk identitas Desa Rantewringin, mulai dari kondisi geografis, demografi, potensi ekonomi, hingga dinamika sosial yang menjadi fondasi utamanya.

Sejarah dan Letak Geografis

Nama "Rantewringin" diduga memiliki akar sejarah yang terkait dengan lanskap alam sekitarnya. Cerita tutur yang berkembang mengaitkan nama tersebut dengan peristiwa historis yang melibatkan penggunaan "ranting pohon beringin" yang dirangkai menyerupai rantai (ranté) sebagai alat penyeberangan darurat di aliran Sungai Luk Ulo pada masa lampau. Legenda ini, meskipun belum terverifikasi secara akademis, memberikan warna tersendiri bagi identitas budaya desa.

Secara administratif, Desa Rantewringin merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Lokasinya yang strategis menempatkannya sebagai salah satu desa penyangga bagi pusat kecamatan dan kabupaten.

Letak geografis desa ini berada pada koordinat sekitar 7°44′2″ Lintang Selatan dan 109°39′41″ Bujur Timur. Wilayahnya berupa dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 20 meter di atas permukaan laut, menjadikannya kawasan yang subur untuk kegiatan pertanian, terutama sawah.Luas wilayah Desa Rantewringin tercatat seluas 144 hektare atau sekitar 1,44 km². Luasan ini terbagi menjadi lahan persawahan, permukiman penduduk, serta fasilitas umum. Desa ini memiliki batas-batas wilayah yang jelas sebagai berikut:

  • Sebelah Utara: Berbatasan dengan Desa Tanjungsari.

  • Sebelah Timur: Berbatasan dengan Desa Tambakrejo.

  • Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Desa Ambalkumolo.

  • Sebelah Barat: Berbatasan langsung dengan aliran Sungai Luk Ulo, yang menjadi penanda geografis utama.

Keberadaan Sungai Luk Ulo di sisi barat memberikan keuntungan sekaligus tantangan. Sungai ini menjadi sumber pengairan vital bagi lahan pertanian, namun pada saat yang sama membawa risiko abrasi dan erosi tebing sungai, sebuah isu yang telah menjadi perhatian pemerintah desa dan warga setempat selama bertahun-tahun.

Demografi dan Pemerintahan

Berdasarkan data terakhir yang dihimpun, jumlah penduduk Desa Rantewringin mencerminkan komposisi masyarakat pedesaan pada umumnya. Dengan luas wilayah 1,44 km², kepadatan penduduk di desa ini tergolong sedang, memungkinkan ruang yang cukup untuk aktivitas pertanian dan permukiman yang tidak terlalu padat. Struktur penduduknya didominasi oleh usia produktif yang sebagian besar berprofesi sebagai petani, buruh tani, serta sebagian kecil sebagai pengrajin, pedagang dan aparatur sipil.

Sistem pemerintahan di Desa Rantewringin berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Roda pemerintahan digerakkan oleh seorang Kepala Desa yang dibantu oleh jajaran perangkat desa, meliputi sekretaris desa, kepala urusan (kaur), dan kepala seksi (kasi). Berdasarkan informasi pemberitaan pada Juli 2019, Norma Cherani resmi menjabat sebagai Kepala Desa Rantewringin. Kinerja pemerintah desa diawasi oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang anggota-anggotanya merupakan perwakilan dari masyarakat.

Secara struktural, pemerintah desa berupaya untuk terus meningkatkan pelayanan publik dan melaksanakan program-program pembangunan yang berfokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. "Kami berharap seluruh perangkat desa dan masyarakat dapat mendukung program yang berjalan untuk kemajuan bersama," ujar seorang pejabat desa dalam sebuah kesempatan, menekankan pentingnya sinergi antara aparatur dan warga. Sinergi ini terbukti efektif, salah satunya dalam hal kepatuhan membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang seringkali lunas sebelum jatuh tempo, menunjukkan tingkat kesadaran dan partisipasi warga yang tinggi.

Tulang Punggung Ekonomi: Pertanian dan Potensi Lokal

Sektor pertanian tidak diragukan lagi ialah tulang punggung utama perekonomian Desa Rantewringin. Hamparan sawah yang luas didukung oleh sistem irigasi teknis dari aliran Sungai Luk Ulo, memungkinkan para petani untuk melakukan penanaman padi hingga dua atau tiga kali dalam setahun. Padi menjadi komoditas utama yang hasilnya tidak hanya untuk konsumsi lokal tetapi juga dipasarkan ke berbagai wilayah di Kabupaten Kebumen. Selain padi, para petani juga menanam tanaman palawija seperti jagung, kedelai, dan sayur-mayur sebagai variasi tanam dan sumber pendapatan tambahan.

Di luar pertanian, Desa Rantewringin memiliki potensi ekonomi di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang cukup unik, yakni kerajinan berbasis sabut kelapa. Pada masa jayanya, desa ini dikenal sebagai salah satu sentra pengrajin keset sabut kelapa. Usaha ini awalnya diperkenalkan dari luar daerah dan sempat menjadi pekerjaan pokok bagi banyak warga. Namun seiring waktu, permintaan pasar yang menurun membuat banyak pengrajin beralih profesi.

Meskipun demikian, potensi ini sesungguhnya tidak sepenuhnya hilang. "Salah satu potensi yang sudah ada sejak lama ialah kerajinan sabut kelapa. Banyak pelaku usaha yang memiliki pasar jelas namun terkendala teknologi untuk memenuhi permintaan," ungkap seorang perajin, Siswanti, dalam sebuah pemberitaan. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan sentuhan inovasi produk, perbaikan teknologi produksi, dan strategi pemasaran yang lebih modern, industri kerajinan sabut kelapa dapat dihidupkan kembali sebagai motor penggerak ekonomi kreatif di Rantewringin. Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang fokus pada pengembangan potensi lokal seperti ini dapat menjadi solusi strategis untuk meningkatkan pendapatan asli desa (PADes) dan membuka lapangan kerja baru.

Pembangunan Infrastruktur dan Aksesibilitas

Pembangunan infrastruktur menjadi salah satu prioritas pemerintah desa untuk mendukung aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat. Akses jalan utama yang menghubungkan Desa Rantewringin dengan pusat kecamatan dan desa-desa tetangga sudah dalam kondisi cukup baik dan dapat dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat. Jalan-jalan lingkungan di dalam desa juga terus mendapatkan perhatian melalui program pembangunan dan perbaikan secara berkala.

Fasilitas publik esensial telah tersedia di desa ini. Di sektor pendidikan, terdapat lembaga pendidikan dasar seperti Madrasah Ibtidaiyah (MI) Swasta KHR Ilyas Rantewringin yang telah berdiri sejak lama, menjadi pusat pendidikan agama dan umum bagi anak-anak desa. Untuk layanan kesehatan, masyarakat dapat mengakses Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang aktif mengadakan kegiatan rutin untuk memantau kesehatan ibu dan anak, serta fasilitas kesehatan tingkat pertama di pusat kecamatan yang tidak terlalu jauh.

Ketersediaan listrik dari PLN sudah menjangkau seluruh permukiman warga. Begitu pula dengan akses terhadap sinyal telekomunikasi seluler yang memadai, memungkinkan warga untuk terhubung dengan dunia luar melalui perangkat komunikasi modern. Kehadiran infrastruktur dasar ini sangat vital untuk menunjang kualitas hidup warga dan membuka peluang bagi pengembangan ekonomi digital di masa depan.

Kehidupan Sosial dan Budaya

Masyarakat Desa Rantewringin dikenal memiliki semangat kebersamaan dan gotong royong yang kuat. Nilai-nilai seperti "guyub rukun" masih sangat kental terasa dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam kegiatan-kegiatan komunal seperti kerja bakti membersihkan lingkungan, hajatan warga, hingga membantu sesama yang tertimpa musibah. Solidaritas sosial ini menjadi modal sosial yang tak ternilai.

Salah satu contoh nyata dari kuatnya resiliensi sosial ini terlihat dari kasus seorang warga, Dul Somad, yang rumahnya dua kali ambruk akibat abrasi Sungai Luk Ulo. Melalui kolaborasi antara pemerintah desa, komunitas sosial seperti Sedulur Kebumen, dan swadaya masyarakat, warga tersebut berhasil mendapatkan bantuan bedah rumah sehingga dapat kembali tinggal di hunian yang layak. Kisah ini menjadi bukti bahwa kepedulian sosial di Rantewringin bukan sekadar slogan, melainkan tindakan nyata.

Dalam bidang kebudayaan, masyarakat Rantewringin berupaya untuk tetap melestarikan kesenian tradisional. Pada tahun 2018, misalnya, pemerintah desa bersama warga secara swadaya menggelar pertunjukan wayang kulit setelah 20 tahun absen. "Generasi muda jangan sampai lupa dengan kesenian daerah, agar bisa menjadi generasi yang berkarakter," ungkap Kepala Desa saat itu, Irfansyah. Inisiatif semacam ini menunjukkan adanya kesadaran kolektif untuk merawat warisan budaya di tengah arus modernisasi. Selain itu, desa ini juga memiliki klub sepak bola bernama Waringin Putra yang menjadi kebanggaan warga dan wadah penyaluran bakat generasi muda di bidang olahraga.

Tantangan dan Proyeksi Masa Depan

Sebagai sebuah entitas yang dinamis, Desa Rantewringin tidak luput dari berbagai tantangan. Tantangan utama yang bersifat geografis ialah risiko abrasi Sungai Luk Ulo. Erosi tebing sungai secara perlahan mengancam lahan pertanian dan permukiman warga yang berada di dekat bantaran. Penanganan masalah ini memerlukan solusi jangka panjang yang komprehensif, seperti pembangunan talud atau tanggul pengaman sungai, yang tentunya membutuhkan dukungan dari pemerintah kabupaten maupun provinsi.

Di sektor ekonomi, tantangan yang dihadapi ialah fluktuasi harga hasil panen yang seringkali tidak menguntungkan petani. Selain itu, regenerasi petani menjadi isu penting, di mana generasi muda cenderung lebih tertarik untuk mencari pekerjaan di sektor non-pertanian atau merantau ke kota. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan inovasi di sektor pertanian agar lebih menarik, misalnya melalui penerapan teknologi pertanian modern, diversifikasi produk olahan pertanian, dan penguatan kelembagaan petani.

Proyeksi masa depan Desa Rantewringin terletak pada kemampuannya untuk mengoptimalkan potensi yang ada sambil memitigasi tantangan. Fokus pemerintah desa ke depan diharapkan tidak hanya pada pembangunan fisik, tetapi juga pada pemberdayaan sumber daya manusia. Program seperti penetapan Rantewringin sebagai "Kampung KB" pada tahun 2018 merupakan langkah positif untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga dan menekan masalah sosial. Ke depan, penguatan BUMDes untuk mengelola potensi kerajinan sabut kelapa, pengembangan agrowisata sederhana berbasis persawahan, serta peningkatan literasi digital bagi UMKM dapat menjadi agenda strategis.

Desa Rantewringin, Kecamatan Buluspesantren, merupakan sebuah wilayah yang kaya akan potensi agraris dan memiliki fondasi sosial yang kokoh. Dengan tanah yang subur, semangat gotong royong warga yang tinggi, dan potensi ekonomi lokal yang menanti untuk dikembangkan, Rantewringin memiliki semua modal yang diperlukan untuk menjadi desa yang maju, mandiri, dan sejahtera. Dengan kepemimpinan yang visioner dan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat, desa ini siap menghadapi tantangan zaman dan mengukir masa depan yang lebih cerah di pesisir selatan Kabupaten Kebumen.